Technology and Society

Technology and Society

Technology and Society

by Maulida Raviola

Menyoal teknologi tak akan bisa lepas dari manusia dan masyarakat sebagai pencipta sekaligus pengguna dari teknologi itu sendiri. Di era ini, ketika teknologi—dalam berbagai bentuk dan fungsi, berkembang begitu pesat, massif dan terintegrasi satu sama lain, bagaimanakah kemudian teknologi mempengaruhi perilaku masyarakat sebagai konsumen, termasuk di dalamnya seniman, di Indonesia?

Diskusi bertema “Technology and Society” (Teknologi dan Masyarakat) yang diadakan pada hari Minggu, 8 September 2013 lalu di Galeri Nasional Indonesia, yang juga merupakan bagian dari rangkaian MUSLIHAT OK. Video Festival, berupaya menjawab pertanyaan tersebut. Menghadirkan para pembicara lintas-disiplin, antara lain Roy Thaniago (Penulis, Remotivi), Deden Hendan Durahman (Pengajar Institut Teknologi Bandung) dan Andreas Siagian (Seniman, Lifepatch), diskusi membahas mulai dari berbagai peluang yang muncul bagi para konsumen untuk mensiasati “penciptaan” teknologi, persoalan representasi kelompok dan hak warga negara terhadap teknologi dan frekuensi sebagai kepemilikan publik, juga sikap institusi pendidikan seni dalam mengakomodasi teknologi dalam kurikulum.

Roy Thaniago, yang sehari-hari bergiat di Remotivi, sebuah inisiatif warga untuk kerja pemantauan tayangan televisi di Indonesia, menyoroti praktik televisi swasta yang mengalienasi masyarakat Indonesia saat ini dari realita mereka sendiri. Ia juga mengkritisi bagaimana industri televisi merawat kedudukan penonton semata-mata sebagai konsumen, alih-alih sebagai warga negara yang membutuhkan informasi yang benar serta tayangan yang edukatif.

Andreas Siagian, nyaris bertentangan dengan pandangan suram Roy akan kedudukan warga vis a visteknologi, menyiasati jarak antara masyarakat dan teknologi dengan mengembangkan integrated circuit(IC) secara mandiri lewat komunitas Lifepatch. Sebagai komponen utama setiap perangkat teknologi, pemahaman dan kemampuan merakit IC, bisa jadi, merupakan salah satu upaya penguatan posisi masyarakat dari objek ke subjek atas teknologi.

Sementara Deden Hendan Durahman, sebagai seorang pengajar seni, menjelaskan bagaimana perkembangan teknologi ditempatkan sebagai bagian yang tidak terlepas dari pendidikan seni seperti media baru. Menurut Deden, keberadaan komunitas-komunitas alternatif tidak boleh dianggap sebagai pesaing bagi institusi seni, melainkan dianggap sebagai rekan untuk terus mengedukasi masyarakat. Dalam pandangannya, pria yang juga aktif di komunitas s.14 ini juga menyatakan bahwa salah satu peran institusi adalah menjadi wadah yang menyatukan komunitas alternatif, masyarakat, serta para akademisi.

Pada akhirnya, teknologi pun tidak hanya mempengaruhi perilaku dan pemaknaan masyarakat terhadap realita, tetapi juga mempengaruhi praktik-praktik kesenian. Sejauh mana kita berada di posisi subjek atau objek, sepertinya masih menjadi pertanyaan yang muskil terjawab.

More:

http://okvideofestival.org/2013/review-diskusi-technology-and-society/

No Comment admin September 8, 2013